Sabtu, 15 Desember 2012

TUJUAN TERTINGGI BELAJAR FILSAFAT


TUJUAN TERTINGGI BELAJAR FILSAFAT
Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pengampu: Prof. Marsigit)
Camalina Sugiyarti
(12708251078/Psn D)
PPs UNY
2012

Filsafat, apa yang terpikirkan dipikan anda jika mendengarnya?sulit dipahami, momok, refleksi, dan tentu masih banyak lagi yang lainnya. Lalu mengapa belajar filsafat? Terpaksa, kewajiban, atau memang kemauan. Apa sesungguhnya tujuan belajar filsafat? Tujuan tertinggi belajar filsafat adalah menjadi seorang saksi. Saksi apa?saksi akan berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan seseorang dan juga semua fenomena alam. Lalu saksi seperti apakah yang sebenarnya menjadi tujuan tertinggi filsafat?
Sebenar-benar seorang saksi adalah seorang kritikus. Seorang yang mampu mengkritik karena telah merefleksikan kehidupannya. Filsafat tidak lain adalah refleksi.Tidak mungkin seorang bisa mengkritik jika tidak memperhatikan, mengerti, memikirkan kemudian merefleksikan.
Diduni pendidikan saat ini sedang hangat-hangatnya membicarakan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Pemerintah membuka uji publik dan member kesempatan pada masyarakat Indonesia untuk member kritik dan saran demi memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Pemerintah membuka kritik dan saran atas nama pribadi maupun kelompok mulai tanggal 1 Desember hingga 29 Desember 2012.
Kita akan menjadi saksi perubahan kurikulum tersebut. Sehingga sebagai saksi dengan kedudukan tertinggi, maka jadilah seorang kritikus. Apakah kurikulum tersebut lebih baik dari kurikulum sebelumnya? Apakah kelebihan kurikulum 2013? Apakah kurikulum tersebut cocok diterapkan di Indonesia? Apakah sesuai dengan karakter bangsa, dan tentu yang utama apakah sesuai dengan kebutuhan siswa? Dan masih banyak hal yang perlu dipertanyakan. Menjadi kritikus adalah suatu usaha menggapai seorang saksi.

Senin, 03 Desember 2012

Wadah dan Substansi


Wadah dan Substansi
Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pengampu: Dr. Marsigit)
Camalina Sugiyarti
(12708251078/Psn D)
PPs UNY
2012
Science merupakan salah satu cabang ilmu yang paling dekat dekat filsafat, mengapa? Karena science adalah ilmu yang mempelajari alam. Dari fenomena-fenomena di alam kemudian di pelajari sebabnya mengapa fenomena itu terjadi dan dampak apa yang ditimbulkan, hingga bagaimana cara mengatasinya jika fenomena tersebut membahayakan bagi kehidupan umat manusia. Science adalah sintetik apriori, seperti yang dinyatakan oleh Immanuel Kant. Science, seperti kimia,fisika, dan biologi selalu mengusulkan hipotesis (apriori) dalam melihat suatu gejala alam dan selalu mengembalikan hipotesisnya pada gejala alam itu sendiri (sintetik).
Orang yang mempelajari science disebut scientist. Menjadi seorang scientist selalu dipertanyakan akuntabilitasnya. Sebenarnya tidak hanya scientist, guru, siswa, pemimpin, pegawai, pengusaha, atau apapun itu selalu dipertanyakan substansi dan wadahnya. Wadah dan sunstansinya harus seimbang. Wadah besar namun kurang substansinya, atau substansinya terlalu banyak hingga meluber dari wadahnya adalah keadaan yang tidak seimbang.
Seperti contoh berikut ini, alkisah, ada seorang professor dari Makasar sedang mengisi suatu seminar di Jogja, seselesai dari seminar tersebut sang Profesor memutuskan untuk jalan-jalan di Malioboro dengan becak. Setelah menikmati suasana Malioboro dengan becak, becak itu pun kembali pada posisi semula, lantas si tukang becak mengatakan bahwa ongkos becaknya sepuluh ribu. Dengan santai sang professor Fisika itu menjawab, “Dalam fisika usaha itu dinyatakan dengan gaya dikali perpindahan, namun becak ini tidak mengalami perpindahan, karena kembali ke titik/tempat semula. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa becak ini melakukan usaha, maka saya rasa saya tak perlu membayar,ini saya kasih tips saja”, kata professor tersebut sambil member selembar uang seribuan pada tukang becak. Lantas si Tukang Becak bergumam, kalau tidak punya uang tidak usah naik becak, jalan kaki saja.
Itu adalah salah satu contoh keadaan yang tidak seimbang antara wadah dan substansi. Si Profesor kelebihan substansi hingga wadahnya tak cukup, berbicara dengan tukang becak dengan bahasa fisika. Hal ini menunjukkan sang professor tidak sadar ruang dan wadah.

Rabu, 21 November 2012

MENENGOK PERJALANAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Menengok Perjalanan Filsafat Pendidikan,
Sudah Sampai Manakah Pendidikan di Indonesia?
Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu (Pengampu: Dr. Marsigit)
Camalina Sugiyarti
(12708251078/Psn D)
PPs UNY
2012

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Adanya filsafat karena keinginan untuk terlepas dari mitos. Mitos itu itu bermacam-macam. Ada mitos yang terselebungi oleh motif tertentu. Biasanya mitos digunakan oleh subjek untuk mengkokohkan kekuasaannya terhadap objek. Tengok saja salah satu mitos yang sangat terkenal di Jawa, yaitu adanya kerajaan di laut selatan dengan ratunya Nyi Roro Kidul. Mitos punya sisi putih dan sisi hitam. Sisi putihnya dari mitos Nyi Roro Kidul misalnya, masyarakat menjadi sangat menghargai laut, menjaganya, dan melestarikannya. Sisi hitamnya adalah membodohi masyarakat dari generasi ke generasi.
Filsafat terus berkembang dari zaman yunani kuno hingga saat ini, zaman power now. Awalnya filsafat hanya memikirkan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Terus berkembang hingga objek filsafat selanjutnya beralih ke pikiran manusia. Tokoh pada zaman ini misalkan Aristoteles. Dia telah mgenal danya premis 1 dan premis 2 sehingga muncul kesimpulan. Tokoh lain adalah Plato yang banyak memikirkan mengenai masalah kenegaraan. Plato adalah guru dari Aristoteles.Dan juga ada Socrates yang merupakan guru dari Plato, Pada zaman ini disebut sebagai zaman keemasan. Lalu seiring berjalannya waktu dominasi gereja di Eropa vegitu kuat.
Kebenaran-kebenaran muncul dari gereja, semua hal yang tidak sesuai dengan konteks gereja maka dianggap menyimpang. Seperti kebenaran bahwa bumi sebagai pusat tata surya. Copernicus adalah orang yang menentang kebenaran tersebut, Copernicus mengatakan bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, namun bumi berotasi dan berevolusi terhadapa matahari. Matahari itulah pusat tata surya. Namun saat itu justru dia dianggap gila. Lalu muncul pulalah tokoh filsafat modern yang begitu terkenal dengan rasional dan empirisnya, siapa lagi kalau bukan Imanuel Kant, sang penengah bagi kaum Sintetik aposteriori dan Analitik apriori.
Kejayaan gereja lama-kelamaan juga semakin tergoyahkan karena adanya perdebatan-perdebatan. Dan pada akhirnya tak bisa dielakkan bahwa Eropa memasuki zaman kegelapan. Zaman kegelapan di Eropa justru menjadi abad keemasan bagi filsafat timur tengah dan filsafat timur/China. Karena di Eropa terjadi peperangan sehingga dokumen-dokumen filsafat yunani kuno diselamatkan, disimpan dan dipelajari oleh para filsuf timur tengah. Lantas sesudah peperangan mulai mendingin, akhirnya Eropa pun bangkit kembali. Hingga munculkah filsuf besar, Aguste Comte. Yang begitu mengagung-agungkan metode ilmiah sehingga spiritual dianggap tidak irasional. Dan bertebaranlah ilmu-ilmu bidang seperti fisika, biologi, psikologi, geologi, pendidikan, dan sebagaimya.
Spiritual dimasukkan dalam kategori tradisional. Tidak heran jika nilai spiritual tak ubahnya hanya seperti pelestarian budaya. Budaya pereayaan lebaran, perayaan natal, dan perayaan-perayaan lainnya. Sampai dinegara digdaya Amerika terjadi perang saudara antara masyarakat industri, Amerika Utara dan masyarakat agraris Amerika Selatan. Akhirnya perang dimenangkan oleh masyarakat industri. Pendidikan, maka apa yang akan terlintas pertama kali dalam pikiran anda jika anda mendengar kata pendidikan? Tentu jawaban satu orang sama lain berbeda-beda, karena hal itu bersifat relatif. Pada dasarnya Ernest menyatakan bahwa terdapat 5 ruang pendidikan, yaitu:
  1. Pendidikan menurut masyarakat industri
  2. Pendidikan menurut masyarakat konservatif
  3. Pendidikan menurut masyarakat oldmanist
  4. Pendidikan menurut masyarakat progresif
  5. Pendidikan menurut masyarakat sosioconstructism
Pendidikan menurut masyarakat nomor 1 sampai 3 mempunyai karakteristik yang hampir sama. Menurut mereka pendidikan adlah investasi, transfer, ilmu. Negara-negara yang menganut pendidikan semacam ini misalnya negara-negara sang power now seperti Amerika, Inggris (1), Jepang, Australia, Malaysia (2), China, Rusia (3). Kapitalism, utilitarian, hedodism, dan pragmatism menjadi tonggaknya. Semua berorientasi pada keuntungan, jika pendidikan tidak ada untungnya maka tidaj perlu ada pendidika.
Sedangkan masyarakat nomor 4 dan 5, menurut mereka pendidikan adalah proses, belajar. Jadi tidak hanya dilihat dari produknya saja, melainkan juga dari prosesnya. Disini siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri, sehingga tidak langsung dicekoki dengan rumus-rumus atau materi-materi dari guru. Biarlah siswa melihat gejalanya dengan mata kepala sendiri, sehingga akan membangun kreativitas dan berpikir kritisnya. Tampaknya inilah pendidikan yang diinginkan oleh Indonesia. Namun apakah sudah sperti yang diinginkan? Jika ditengok lebih mendalam, belum banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang melakukan hal tersebut. Sebagian besar proses belajar mengajar masih bersifat verbalistik dan teacher centered.
Setidaknya sudah ada upaya pemerintah, guru, siswa, dan pihak-pihak pendukung pendidikan yang ingin melaksanakan pendidikan progresif. Yang menjadi catatan penting adalah, meraih kembali intuisi siswa yang telah hilang karena dicekoki oleh definisi-definisi. Usia sekolah, dari anak-anak hingga remaja adalah usia dimana mereka hidup lebih banyak menggunakan intuisi bukan definisi.


Rabu, 14 November 2012

Silaturahmi Subjek dan Objek



Silaturahmi Subjek dan Objek
Nama : Camalina Sugiyarti (Viewer)
NIM  : 12708251078/ PSn D

Partner
Nama : Desy Aquina (interviewer)
NIM  : 12708251076/ PSn D

Pertanyaan 1 : Menurut anda apakah subjek itu?
Jawaban     1  Subjek adalah sesuatu yang mengatur objek, bahasa antara subjek berbeda dengan objek. Dalam dunia pendidikan, saya mencoba mengkhususkan pada contoh guru dan siswa, yang menjadi subjek adalah guru.
Tanggapan 1 : Saya setuju dengan jawaban sdr. Desi. Subjek adalah sesuatu yang mempunyai kuasa terghadap objeknya.

Pertanyaan 2 : Menurut anda apakah objek itu?
Jawaban     2 : Objek adalah sesuatu yang diatur oleh subjek. Objek tidak mengetahui bahasa subjek. Contohnya adalah siswa.
Tanggapan 2 : Benar adanya bahwa siswa itu adalah objek guru, seperti anak merupakan objek orang tua, bawahan merupakan objek atasan.

Pertanyaan 3 : Apakah bisa terjadi subjek sekaligus objek ataupun sebaliknya? Jelaskan?
Jawaban    3 : Bisa terjadi. Subjek sekaligus objek. Contohnya adalah guru, guru adalah subjek siswa. Sedangkan guru adalah objek bagi kepala sekolah.
Tanggapan 3 : Saya sependapat bahwa subjek bisa bertindak sekaligus objek. Misalnya diri kita sendiri, diri kita adalah subjek untuk barang-barang yang kita miliki dan sekaligus objek bagi orang-orang yang mempunyai kuasa atas diri kita.

Pertanyaan 4 :Apakah semua subjek mempunyai objek dan sebaliknya semua objek pasti bersubjek?
Jawaban     4 : ya, karena adanya proses terjemah dan menjertemahkan (hermeneutik). Dalam berfilsafat mengenal dimensi-dimensi. Hal ini tidak berlaku untuk sesuatu yang bersifat absolute. Karena subjek yang paling tinggi adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Tanggapan 4 : Kehidupan ini menggapai keseimbangan sehingga ada tesis dan antitesi, maka munculkan subjek dan objek. Saya juga setuju bahwa diantara subjek-subjek itu ada subjek tertinggi yang sudah tidak bersubjek lagi, yaitu clausa prima, Allah SWT.

Pertanyaan 5 : Bagaimana sikap anda jika ada subjek yang tidak menghargai objek?
Jawaban     5 : Adanya subjek yang tidak menghargai objek , disini terjadi kontradiksi, karena subjek tidak mengerti akan hakekat hubungan terjemah dan menterjemahkan. Subjek yang melakukan hal ini akan cenderung melakukan determinasi, sehingga determinasi ini akan menutup minat dan bakat yang kita miliki.
Tanggapan 5 : Benar yang dikatakan sdr.Desi, subjek yang tidak menghargai objek berarti subjek tersebut belum menyadari akan hakekat hubungan terjemah dan menterjemahkan. Selain itu subjek tersebut belum mampu membersihkan hatinya.

Pertanyaan 6 : Jika anda objek, dan anda diperlakukan tidak adil oleh subjek anda, apa yang akan anda lakukan?
Jawaban     6 : Yang saya lakukan adalah berusaha memahami sifat apa yang dimiliki oleh subjek, dan berusaha menyikapi perlakuan tersebut dengan bijaksana. Karena ini merupakan proses terjemah dan menterjermahkan, berusaha menjalin silaturahim yang baik dengan subjek, sehingga tidak saling terjadi determinasi yang negatif,.
Tanggapan 6 :Menjadi objek berarti dibawah kekuasaan subjek, sehingga sebagai objek kita harus pandai-pandai menyikapi perlakuan subjek. Bijaksana, ya itu lah cara yang paling tepat.

Pertanyaan 7 : Jika subjek anda membuat suatu aturan yang hanya mementingkan subjek itu sendiri. Apa yang akan anda lakukan? Tetap menjalankan aturan tersebut atau bagaimana?
Jawaban     7 : Tetap menjalankan aturan tersebut, selama aturan tersebut tiadak bertentangan dengan hati nurani/ keyakinan kita. Kita sebagai objek tidak mengetahui bahasa subjek, oleh karena itu tidak tidak bisa melakukan justifikasi bahwa guru itu bertindak sewenang-wenang, sesuatu yang dianggap sewenang- wenang itu justru bisa baik untuik objek.
Tanggapan 7 :  Sdr. Desi menatakan bahwa kan tetap menjalankan aturan tersebut, selama aturan tersebut tiadak bertentangan dengan hati nurani/ keyakinan kita. Namun saya pribadi jika mendapati subjek yang bertindak seperti itu, yaitu hanya mementingkan dirinya sendiri, itu tidak sesuai dengan hati nurani saya.

Pertanyaan 8 :Menurut anda bagaimana seharusnya subjek memperlakukan objek?
Jawaban  8 : Melakukan proses terjemah dan menerjemahkan, tidak saling melakukan determiinasi yang negatif yang dapat menutupi sikap seseorang, tidak saling melakukan hipotetikel dan justifikasi yang menuju arah negatif, perlu adanya komunikasi sehingga ada silaturahmi yang baik.
Tanggapan 8 : Saya sependapat dengan pernyataan sdr. Desi. Intinya adalah terjemah dan menerjemahkan.

Pertanyaan 9 : Menurut anda bagaimana seharusnya objek memperlakukan subjek?
Jawaban     9 : Berusaha memahami sikap dari dari subjek, tidak melakukan justifikasi yang menuju arah negatif, menggapai subjek lebih bijaksana sehingga terjalin  komunikasi yang baik dan proses terjemah dan menerjemahkan berjalan baik.
Tanggapan 9 : Komunikasi yang baik merupakan kunci dari suatu hubungan yang harmonis, seperti yang sering dikatakan Pak Jokowi, yany terpenting komunkasi. Hidup ini adalah komunikasi, filsafat tidak lain adalah komunikasi juga.

Pertanyaan 10: Apakah subjek bisa dikalahkan oleh objek? Mengapa?
Jawaban     10: Subjek tidak bisa dikalah oleh objek karena bahasa yang dipake oleh subjek tidak dimengerti oleh objek, sampai kapan pun ilmu yang dimilki objek tidak akan sama dengan subjek.
Tanggapan 10 : Saya kurang sependapat dengan sdr.Desi, ada kalanya suatu anomaly yaitu subjek bisa dikalahkan oleh objek. Misalnya dari fenomena-fenomena yang terjadi belakangan ini banyak presiden yang mampu digulingkan oleh rakyatnya, itu merupakan bukti bahwa objek bisa mengalahkan subjek.

Pertanyaan 11: Kesimpulan anda mengenai subjek dan objek?
Jawaban     11: Kesimpulan mengenai subjek dan objek adalah sesuatu yang mengatur objek adalah subjek sedangnkan sesuatu yang diatur subjek adalah objek. Agar terjadi komunikasi yang baik antar keduanya perlu adanya proses terjemah dan menerjemahkan. Saling bersifat bijaksana dalam menggapai suatu persoalan sehingga terjalin silaturahmi yang baik.
Tanggapan 1 1:  Benar adanya bahwa agar silaturahmi antara subjek dan objek tetap terjalin baik harus ada proses terjemah dan menerjemahkan. Bersifat bijaksana dalam menggapai suatu persoalan